Laman

Minggu, 26 Oktober 2014

BERAPA KALI MELOMPAT ?



Si Katak ini akan melompat sungai yang lebarnya 3 meter. Sementara lompatan katak ini paling jauh hanya 1 meter. Terus ... berapa kali si katak harus melompat ?

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-























Jawabnya : Ya ..... hanya sekali saja melompat, selanjutnya berenang ... he he !!


MIRIS ... CERITA DUNIA PENDIDIKAN KITA


Wah... ini lho berita dari seorang pengunjung blog ini yang sempat memberikan komentar. Sengaja saya posting lagi beritanya, karena menurut saya anda juga perlu baca yang ini. Nih, simak saja ceritanya :

Ada cerita yang membuat miris...... saat ujian nasional SMA berlangsung.... seorang wali murid jadi heran... pada saat malam menjelang ujian nasional... siswa peserta ujian tidak tidur di rumah masing-masing... tapi tidur secara berkelompok di rumah siswa yang mempunyai jaringan internet di rumahnya. Sang wali murid berfikir.. mungkin mereka akan belajar kelompok secara online mencari prediksi soal-soal yang keluar.... namun yang terjadi malam itu mereka sangat santai sekali... tidak ada aktivitas belajar, mereka asik bergurau, bermain gitar, tak ada kecemasan sama sekali seperti halnya siswa yang akan menghadapi ujian. Sekitar pukul 10 malam mereka semua tidur.. tak lupa mereka berpesan kepada sang pemilik rumah untuk dibangunkan pukul 03.00 pagi. Sang wali murid berpikir ternyata anak-anak sudah mulai belajar pentingnya sholat malam, berdoa pada saat akan menghadapi ujian dan belajar di pagi hari...... Wali murid ini berpikir juga... syukur alhamdulillah anak-anak sudah diajarkan istighosah di sekolah dan sekarang mereka sudah mulai akan menjalankan sholat-sholat sunnah malam hari. Pukul 03.00 pagi tepat anak-anak dibangunkan.... ehhhhhh... wali murid semakin heran dibuatnya... mereka tidak segera mengambil air wudhu untuk sholat atau mengambil buku untuk belajar..... mereka sibuk membuka laptop..... dan diliat... mereka langsung membuka google dan email. Wali murid ini bertanya lho dik kok nggak belajar atau sholattt????? mereka serempak menjawab nggakk kita lagi buka kiriman jawaban untuk ujian esok hari.... kan kami sudah beli Rp. 30.000.000 yang dibayar patungan semua siswa kelas XII..... wow wow wow amazingggg.... wali murid ini terkejuttt..... kok bisaaaaaaa.......... lebih terkejut lagi saat ditanya "apa kamu nggak takut ketauan gurumu atau pengawas ujian?" si siswa menjawab..."uda tau semua kok, dan gak apa-apa, gak ada lagi yang perlu disembunyikan" wow wow wow wow ting tengggggggg .....

Udah, ceritanya begitu ... terus gimana pendapat anda?
Miris nggak melihat generasi penerus bangsa ini?

Sabtu, 25 Oktober 2014

JANGAN PAKSA DIRI DEMI KURIKULUM 2013


KOMPAS.com - Sekolah atau daerah tidak boleh memaksakan pelaksanaan Kurikulum 2013 secara mandiri tahun ini jika justru membebani murid atau orangtua murid, terutama dalam hal pengadaan buku. Sebelum mandiri, guru perlu dilatih dulu. Buku pun sudah harus tersedia gratis.

Hal itu ditegaskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh seusai menghadiri grand launching Universitas Telkom, Sabtu (31/8), di Bandung, Jawa Barat. ”Tidak boleh membebani murid. Itu sangat dilarang,” ujarnya.

Sebelum memutuskan melaksanakan Kurikulum 2013 secara mandiri, sekolah yang tak termasuk sasaran pelaksana tahun ini diimbau menyiapkan diri secara matang untuk tahun depan. Jika masih ingin melaksanakan mandiri, Nuh menegaskan ada dua syarat utama: guru harus dilatih dan buku tersedia gratis.

”Kalau dua syarat ini tak dapat dipenuhi, jangan dipaksakan. Saya menyambut baik ada niatan ikut melaksanakan kurikulum. Mau saja lumayan,” katanya.

Sebelumnya, saat rapat kerja Implementasi Kurikulum 2013 di SMAN Husni Thamrin Jakarta, Sabtu pagi, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto mengatakan, DKI Jakarta secara resmi telah membatalkan rencana pelaksanaan Kurikulum 2013 secara mandiri khusus di jenjang SD dan SMP. Untuk SMA, rencana pelaksanaan mandiri tetap berjalan. Kebijakan ini sudah dipublikasikan ke sekolah-sekolah.

Alasan pembatalan, ujar Taufik, semata masalah alokasi anggaran pengadaan buku. Ia khawatir dana bantuan operasional sekolah (BOS) tak mencukupi sehingga dikhawatirkan sekolah memungut biaya dari murid. Dana tak cukup untuk membiayai pelatihan guru dan pengadaan buku. Rencana pengadaan buku secara digital juga tidak efektif karena hanya 50 persen sekolah yang memiliki infrastruktur teknologi informasi yang baik.

”Ini untuk mengantisipasi pungutan yang bisa dilakukan sekolah. Larangan ini tidak berlaku untuk SMA karena BOS untuk SMA lebih besar, Rp 1 juta per tahun,” kata Taufik.

Menurut Nuh, tak masalah jika ada daerah atau sekolah yang kemudian membatalkan kesanggupannya untuk implementasi mandiri. Untuk kasus DKI Jakarta, pemerintah setempat sudah menyatakan tak sanggup karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tak mencukupi jika digunakan untuk pelatihan guru dan pengadaan buku.

”Tidak apa-apa kalau tidak bisa. Yang penting tetap menyiapkan diri untuk penerapan tahun depan, seperti melatih guru. Ini jalan yang dipilih DKI Jakarta. Masih banyak yang bisa jalan mandiri, seperti Kutai, Kalimantan Timur, dan sekolah swasta,” kata Nuh.
Tanggung bersama

Pada tahap pertama tahun ini, pelaksanaan Kurikulum 2013 dilakukan bertahap dan terbatas di sekitar 6.400 sekolah. Namun, mulai tahun depan semua sekolah harus menyelenggarakan Kurikulum 2013. Skema pembiayaannya dibahas di DPR.

Ada tiga pilihan skema pembayaran. Pertama, semua biaya didanai Kemdikbud. Kedua, kombinasi anggaran Kemdikbud dengan sebagian dana transfer daerah yang setiap tahun sekitar Rp 10 triliun. Ketiga, memanfaatkan kombinasi pusat, dana alokasi khusus, dan BOS. Atau keempat, memanfaatkan APBD masing-masing daerah.

”Yang jelas, pemerintah pusat tak akan lepas tangan. Pelatihan guru tetap dilakukan pusat. Yang kira-kira bisa dibagi dengan daerah itu bagian pengadaan buku,” kata Nuh.

ORANG TUA DIBUAT BINGUNG DENGAN KURIKULUM 2013


Beberapa hari yang lalu saya berbincang-bincang dengan orangtua murid yang menjadi murid les di bimbel Matematika Taktis. Sang Ibu tersebut menceritakan betapa bingungnya dia untuk mengajari anaknya yang baru masuk kelas 4 SD. Buku yang diberikan di sekolah berupa buku tematik  yang berisi penggabungan semua mata pelajaran seperti Matematika, IPA, IPS, PKN, Bahasa Indonesia.

Buku tematik yang sudah berbasis kurikulum 2013  porsi setiap mata pelajaran berkurang, seperti mata pelajaran matematika hanya beberapa bagian yang dibahas. Celoteh sang Ibu, ” gimana ini kurikulum 2013 pak? saya bingung ngajarin ke anak. Materinya sedikit sekali tapi apa ini yang akan diujikan?”

Dengan kemampuan yang ada saya berusaha memberikan penjelasan :
"Begini bu, dalam buku itu memang yang dicantumkan sedikit sekali, misalnya tentang materi FPB dan KPK - hanya beberapa point saja. Tapi untuk dapat menguasai materi itu secara tuntas, seorang siswa harus belajar secara berurutan mulai dari : bilangan prima, faktor, faktor prima, faktorisasi prima, faktor persekutuan, sampai FPB dan KPK. Jadi ya... sangat tidak nyambung kalau anak hanya ujug-ujug langsung diterangkan materi itu saja, tidak akan bisa mengerti".

Mendengar penjelasan saya yang agak panjang lebar, sang ibu malah kelihatan puyeng dan semakin nggak ngerti, tapi beliau masih sempat bertanya : "Terus saya cari bahan dari mana pak untuk mengajari anak saya?"

Untuk menjawab pertanyaan tersebut akhirnya saya membuka cerita : bahwa beberapa hari yang lalu saya juga berbincang dengan seorang Ibu Guru kelas V SD dengan nada keluhan yang hampir sama. Beliau juga bingung untuk mencari bahan mengajar murid-muridnya.

"Jadi harus gimana ini pak ?" lanjut sang Ibu

"Begini bu, untuk memberikan pemahaman secara tuntas terhadap anak, kita tetap memakai cara belajar seperti dulu, tidak bisa dipotong-potong. Karena kalau dipotong-potong, anak akan semakin sulit untuk mengerti, lebih-lebih pelajaran Matematika"  baru si Ibu tersebut manggut-manggut.

Pada Kurikulum sebelumnya (KTSP 2006) setiap materi pelajaran dipisah sesuai dengan kompetensi masing-masing sehingga pelajaran yang diberikan lebih fokus. Tujuan dari kurikulum 2013 yang disusun oleh para pakar pendidikan sangat baik, yaitu untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Jadi, guru hanya mengarahkan dan menjawab pertanyaan saat siswa tidak menemukan solusi dari masalah.

Nah untuk kurikulum 2013, realita dilapangan siswa belum siap untuk mengikuti metode ini dan dari pendidik sendiri pun masih banyak yang bingung melaksanakan penerapan kurikulum ini di lapangan. Metode belajar ini sebenarnya sudah ada sejak 2004 yang disebut KBK ( Kurikulum Berbasis Komptensi ). Metode belajarnya persis seperti yang diharapkan dalam kurikulum 2013. Tetapi tidak menghasilkan prestasi siswa yang cukup signifikan. Kurikulum 2013 hanya di bungkus sedemikian rupa seolah-olah sangat canggih ternyata metode ini sudah diterapkan tahun 2004.


Sebenarnya, hal yang paling penting untuk anak adalah dia menikmati proses belajar itu. Ketika anak sudah menikmati secara otomatis dia akan aktif untuk bertanya dan menggali lebih dalam lagi ilmu pengetahuan yang dipelajari.

Sekian, semoga bermanfaat !

AWAS !! SEJAK KECIL ANAK-ANAK SUDAH DIAJARI BOHONG

Di negeri ini, anak kecil-kecil sudah diajari menyontek (menjiplak) dalam ujian nasional Sekolah Dasar. 
Malah diajari?
Ya. Justru gurunya yang menyuruh. Lalu anak yang disuruh itu melapor ke orang tuanya, sedang orang tuanya mengungkapkannya.
Anehnya, pengungkap kasus curang itu justru kemudian diusir ramai-ramai oleh warga.

Ada baiknya kita kembali menengok ke belakang tentang apa yang terjadi dengan dunia pendidikan anak-anak kita, inilah salah satu contohnya : 

Kronologis Kasus Contek Massal Hingga Terjadinya Amuk Massa

JAKARTA – Kasus contek massal bermula dari pengakuan Alif pada Siami pada 16 Mei tentang adanya instruksi guru untuk memberikan contekan kepada teman sekelasnya selama Ujian Nasional SD, 10-12 Mei 2011. Siami kemudian mengadukan pengakuan tersebut kepada Komite Sekolah setempat. Lantaran menilai tidak mendapat respon memuaskan, Siami kemudian melapor masalah tersebut kepada Dinas Pendidikan.
Masalah tersebut sempat diceritakan Siami ke sebuah radio swasta lokal setempat. Pasca laporan tersebut, Pemerintah Kota Surabaya membentuk tim independen untuk mengusut adanya kecurangan selama pelaksanaan UN di SD Gadel 2 pada Jumat (3/6). Dari temuan tim tersebut, contek massal terbukti terjadi selama pelaksanaan UN di SD Gadel 2.
Temuan tim independen tersebut dijadikan dasar Pemkot Surabaya untuk memberi sanksi pihak sekolah. Kepala Sekolah SD Gadel 2, Sukatman dan dua orang guru yakni Fatkhur Rachman dan Suprayitno diberhentikan melalui surat Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Surabaya per 6 Juni 2011. Sukatman mendapat sanksi dicopot dari jabatannya sebagai kepala sekolah dan golongan PNS diturunkan dari 4 A menjadi 3 D. Sementara kedua guru tersebut dilarang lagi mengajar dan diserahkan ke Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Pendidikan setempat.
Adanya sanksi terhadap ketiga pendidik tersebut memicu emosi warga. Siami menjadi bulan-bulanan warga sekitar lantaran dinilai menjadi penyebab ketiga pendidik tersebut disanksi. Pada 9 Juni, sekolah bersama tokoh masyarakat setempat menggelar mediasi antara warga dan Siami di Balai RW Gadel. Dalam mediasi tersebut, Siami meminta maaf atas perbuatannya.

Permintaan maaf tersebut ternyata belum mampu meredam amarah warga. Untuk alasan keamanan, Siami dibawa ke kantor polsek Gadel pasca mediasi. Selang sehari kemudian, Siami mengungsi ke rumah keluarganya di Gresik.


Jumat, 24 Oktober 2014

MENCONTEK = MENIPU


Mencontek dan bahkan menconteki teman dengan membiarkan teman lain membaca jawaban kita, adalah termasuk kecurangan dan hal ini merupakan hal yang jelas-jelas dilarang dalam Islam.
Mungkin masih banyak dari saudara/i kita se muslim yang tidak segan mencontek untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Cara apapun dilakukan, asalkan tidak ketahuan. Padahal Allah SWT berfirman :
"Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi, Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan" (Q.S. Al-Hujuraat:18).
Sehingga hukum mencontek menurut Islam adalah haram sebagaimana perilaku tipu daya, kebohongan dan ketidakjujuran yang lain.
Nabi SAW bersabda dalam sebuah hadits sahih riwayat muslim: Artinya: Barangsiapa yang menipu kita, maka ia bukan bagian dari kita.
Hadits sahih lain riwayat Muslim Nabi menyatakan: Barangsiapa yang melakukan tipu daya ia bukanlah bagian dariku.
Tabrani meriwayatkan sebuah hadits di mana Nabi bersabda: Artinya: Barangsiapa yang melakukan tipu daya pada kita, maka ia bukan termasuk bagian dari kita. (Pelaku) makar dan tipu daya masuk neraka.
Hadits-hadits di atas bersifat umum atas haramnya segala praktik tipu daya dan ketidakjujuran di berbagai bidang termasuk menyontek.
Allah SWT dalam QS Al-Baqarah 2:9 berfirman: Artinya: Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
Jadi, nyontek atau mencontek hukumnya adalah haram karena ia perilaku tipu daya, penipuan baik kepada orang lain maupun pada diri sendiri. Mencontek saat ujian adalah perilaku tipu daya yang tidak bertanggung jawab yang memiliki dampak besar di masa depan.
Nyontek adalah perilaku korup yang harus segera dihentikan dan diganti dengan kejujuran, kerja keras, berkeringat dan bangga dengan semua itu.
Untuk menghindari dan berhenti dari kebiasaan nyontek yang pertama dan utama adalah niat dan komitmen untuk berhenti nyontek apapun yang terjadi. Setelah itu ada beberapa langkah untuk dapat dilakukan yakni:
- Menyadari bahwa hidup yang bermartabat, terhormat dan membahagiakan dalam jangka panjang itu adalah hidup yang penuh kejujuran. Betapapun beratnya kejujuran itu.
- Menyadari bahwa hasil dari mencontek adalah kepalsuan. Bagaimanapun tingginya prestasi yang dicapai darinya.

- Menyadari bahwa kebahagiaan sejati terletek pada kerja keras dan saat memetik hasil dari jerih payah kerja keras tadi. Betapapun hasil yang dicapai di bawah harapan kita.

MUI : MENCONTEK ITU HARAM


Aksi mencontek dan memberikan bocoran terus-menerus ditemui dan menjadi berita yang tak asing lagi dalam pelaksanaan ujian nasional (Unas).  Hal itu mendorong MUI Kota Santri untuk kembali mengingatkan terkait keharaman mencontek dan memberikan bocoran jawaban. 

’’Mencontek dan memberikan bocoran itu sama-sama akhlak tercela. Pelakunya sama-sama diganjar dosa. Baik itu yang melakukan guru maupun siswa,’’ kata Ketua MUI Jombang, KH Cholil Dahlan, Kamis (11/04/2013). 

Soal masih maraknya perilaku tersebut, Kiai Cholil menilainya sebagai imbas dari minimnya keteladanan. 

’’Masih banyaknya siswa yang mencontek itu karena masih ada guru yang memberikan contekan bahkan bocoran jawaban,’’ tegasnya. 

Kalau sudah begitu, tentu tujuan pendidikan untuk mencetak manusia yang berbudi pekerti luhur akan sulit tercapai. 

’’Kalau ini dibiarkan, akan memberikan dampak yang sangat buruk bagi siswa. Sebab mereka bisa menganggap ini sebagai bentuk toleransi terhadap penggunaan segala cara untuk mencapai tujuan,’’ tegasnya. 

Akibatnya, mereka akan besar menjadi orang-orang yang tidak segan untuk bertindak curang dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan termasuk dengan korupsi. 

’’Makanya agar upaya menghilangkan aksi mencontek itu berhasil, harus dimulai dari para guru dengan memberikan keteladanan. Yakni dengan tidak memberikan bocoran jawaban dan menjauhi contekan,’’ tandasnya. 

Karena sepanjang guru masih memberi bocoran dan membiasakan mencontek, maka siswa akan sulit dilarang mencontek. 

’’Orang tua juga sangat berperan untuk menghapus budaya contekan,’’ tuturnya. 

Diantaranya dengan tidak membenani siswa diluar kemampuan dan bersedia menerima apapun hasil yang diperoleh anaknya. 

’’Setelah berusaha dengan belajar maksimal dan berdoa, orang tua tak perlu marah jika hasil yang diraih anaknya jelek. Sebaliknya, jadikan itu bahan pengajaran bagi anak untuk belajar menerima hasil kemudian bangkit dengan menjadikan kegagakan itu sebagai motivasi,’’ sarannya. 

Jika itu dilakukan, maka anak akan menjadi bijak dan punya mental yang kuat untuk bangkit dari setiap kegagalan yang ditemuinya di masa depan. 

’’Ini perlu diperhatikan karena yang terpenting dari Unas bukan hanya Unas-nya sendiri. Tapi sejauhmana kita membekali anak kemampuan menyikapi masalah lewat Unas ini. Kalau diajari jujur dalam proses kemudian sabar dan bangkit setelah menerima hasil, manfaat bagi anak akan sangat besar. Makanya lulus itu bukan yang utama. Tapi nilai yang kita berikan pada anak itulah yang utama,’’pungkasnya. 

UJIAN KOQ GITU !!

Oleh : Moch. Djuni - Sabtu, 25 Oktober 2014

Dua hari yang lalu, saya bertemu dengan 2 anak kelas VI SD beda sekolah yang baru selesai UTS (Ujian Tengah Semester). Kedua anak tersebut saling bercerita tentang ujian yang baru saja selesai. Salah seorang diantara mereka bercerita bahwa soal ujiannya (Matematika) disuruh bawa pulang oleh gurunya untuk dikerjakan dirumah. Dia juga bercerita bahwa ketika mengerjakan di sekolah, hampir semua siswa saling mencontek.

Mendengar cerita temannya tersebut, sontak si anak yang satunya kaget :
"Lho koq bisa begitu?, enak kamu bisa mengerjakan soal ujian di rumah !" katanya 

Saya yang ikut kaget dan heran mendengar obrolan kedua anak tersebut, akhirnya saya ikut nimbrung bertanya :
"Koq ujian boleh dibawa pulang, tujuannya apa?
"Iya pak .... kata Bu guru biar nilainya bagus-bagus semua .. !! jawabnya enteng
"Ooo ....... !!"

Pikiran saya langsung menerawang jauh ke era tahun 80-an (jaman saya sekolah dulu). Saat itu yang namanya ujian ... ya ujian. Wong namanya saja ujian. Jadi sangat dikedepankan nilai-nilai kejujuran. Jangankan dikerjakan di rumah, ketahuan nyontek atau bawa kerpek'an saja bisa dikeluarkan dari ruang ujian. Mungkin anda yang sekolah di era itu, merasakan hal semacam itu. Lho koq sekarang bisa berubah 180 derajat  begini ya ?

Akhirnya timbul berbagai pertanyaan :

  • Mau dikemanakan nilai-nilai kejujuran ?
  • Bagaimana tanggungjawab pendidik terhadap hal semacam ini ?
  • Salah satu akibat dari hal seacam ini, apa siswa nggak semakin malas belajar ?
  • ...................

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya ....
Yang mau, boleh bantu jawab ... trims !