Beberapa hari yang lalu saya berbincang-bincang dengan orangtua murid yang menjadi murid les di bimbel Matematika Taktis. Sang Ibu tersebut menceritakan betapa bingungnya dia untuk
mengajari anaknya yang baru masuk kelas 4 SD. Buku yang diberikan di sekolah
berupa buku tematik yang berisi penggabungan semua mata pelajaran seperti
Matematika, IPA, IPS, PKN, Bahasa Indonesia.
Buku
tematik yang sudah berbasis kurikulum 2013 porsi setiap mata pelajaran
berkurang, seperti mata pelajaran matematika hanya beberapa bagian yang dibahas.
Celoteh sang Ibu, ” gimana ini kurikulum 2013 pak? saya bingung ngajarin
ke anak. Materinya sedikit sekali tapi apa ini yang akan diujikan?”
Dengan kemampuan yang ada saya berusaha memberikan penjelasan :
"Begini bu, dalam buku itu memang yang dicantumkan sedikit sekali, misalnya tentang materi FPB dan KPK - hanya beberapa point saja. Tapi untuk dapat menguasai materi itu secara tuntas, seorang siswa harus belajar secara berurutan mulai dari : bilangan prima, faktor, faktor prima, faktorisasi prima, faktor persekutuan, sampai FPB dan KPK. Jadi ya... sangat tidak nyambung kalau anak hanya ujug-ujug langsung diterangkan materi itu saja, tidak akan bisa mengerti".
Mendengar penjelasan saya yang agak panjang lebar, sang ibu malah kelihatan puyeng dan semakin nggak ngerti, tapi beliau masih sempat bertanya : "Terus saya cari bahan dari mana pak untuk mengajari anak saya?"
Untuk menjawab pertanyaan tersebut akhirnya saya membuka cerita : bahwa beberapa hari yang lalu saya juga berbincang dengan seorang Ibu Guru kelas V SD dengan nada keluhan yang hampir sama. Beliau juga bingung untuk mencari bahan mengajar murid-muridnya.
"Jadi harus gimana ini pak ?" lanjut sang Ibu
"Begini bu, untuk memberikan pemahaman secara tuntas terhadap anak, kita tetap memakai cara belajar seperti dulu, tidak bisa dipotong-potong. Karena kalau dipotong-potong, anak akan semakin sulit untuk mengerti, lebih-lebih pelajaran Matematika" baru si Ibu tersebut manggut-manggut.
Pada Kurikulum
sebelumnya (KTSP 2006) setiap materi pelajaran dipisah sesuai dengan kompetensi
masing-masing sehingga pelajaran yang diberikan lebih fokus. Tujuan dari
kurikulum 2013 yang disusun oleh para pakar pendidikan sangat baik, yaitu untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Jadi, guru hanya
mengarahkan dan menjawab pertanyaan saat siswa tidak menemukan solusi dari
masalah.
Nah untuk kurikulum 2013,
realita dilapangan siswa belum siap untuk mengikuti metode ini dan dari pendidik
sendiri pun masih banyak yang bingung melaksanakan penerapan kurikulum ini di
lapangan. Metode belajar ini sebenarnya sudah ada sejak 2004 yang disebut KBK ( Kurikulum Berbasis Komptensi ). Metode belajarnya
persis seperti yang diharapkan dalam kurikulum 2013. Tetapi tidak menghasilkan
prestasi siswa yang cukup signifikan. Kurikulum 2013 hanya di bungkus sedemikian
rupa seolah-olah sangat canggih ternyata metode ini sudah diterapkan tahun
2004.
Sebenarnya, hal yang paling penting untuk anak adalah dia menikmati proses
belajar itu. Ketika anak sudah menikmati secara otomatis dia akan aktif untuk
bertanya dan menggali lebih dalam lagi ilmu pengetahuan yang dipelajari.
Sekian, semoga bermanfaat !