Laman

Jumat, 24 Oktober 2014

MUI : MENCONTEK ITU HARAM


Aksi mencontek dan memberikan bocoran terus-menerus ditemui dan menjadi berita yang tak asing lagi dalam pelaksanaan ujian nasional (Unas).  Hal itu mendorong MUI Kota Santri untuk kembali mengingatkan terkait keharaman mencontek dan memberikan bocoran jawaban. 

’’Mencontek dan memberikan bocoran itu sama-sama akhlak tercela. Pelakunya sama-sama diganjar dosa. Baik itu yang melakukan guru maupun siswa,’’ kata Ketua MUI Jombang, KH Cholil Dahlan, Kamis (11/04/2013). 

Soal masih maraknya perilaku tersebut, Kiai Cholil menilainya sebagai imbas dari minimnya keteladanan. 

’’Masih banyaknya siswa yang mencontek itu karena masih ada guru yang memberikan contekan bahkan bocoran jawaban,’’ tegasnya. 

Kalau sudah begitu, tentu tujuan pendidikan untuk mencetak manusia yang berbudi pekerti luhur akan sulit tercapai. 

’’Kalau ini dibiarkan, akan memberikan dampak yang sangat buruk bagi siswa. Sebab mereka bisa menganggap ini sebagai bentuk toleransi terhadap penggunaan segala cara untuk mencapai tujuan,’’ tegasnya. 

Akibatnya, mereka akan besar menjadi orang-orang yang tidak segan untuk bertindak curang dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan termasuk dengan korupsi. 

’’Makanya agar upaya menghilangkan aksi mencontek itu berhasil, harus dimulai dari para guru dengan memberikan keteladanan. Yakni dengan tidak memberikan bocoran jawaban dan menjauhi contekan,’’ tandasnya. 

Karena sepanjang guru masih memberi bocoran dan membiasakan mencontek, maka siswa akan sulit dilarang mencontek. 

’’Orang tua juga sangat berperan untuk menghapus budaya contekan,’’ tuturnya. 

Diantaranya dengan tidak membenani siswa diluar kemampuan dan bersedia menerima apapun hasil yang diperoleh anaknya. 

’’Setelah berusaha dengan belajar maksimal dan berdoa, orang tua tak perlu marah jika hasil yang diraih anaknya jelek. Sebaliknya, jadikan itu bahan pengajaran bagi anak untuk belajar menerima hasil kemudian bangkit dengan menjadikan kegagakan itu sebagai motivasi,’’ sarannya. 

Jika itu dilakukan, maka anak akan menjadi bijak dan punya mental yang kuat untuk bangkit dari setiap kegagalan yang ditemuinya di masa depan. 

’’Ini perlu diperhatikan karena yang terpenting dari Unas bukan hanya Unas-nya sendiri. Tapi sejauhmana kita membekali anak kemampuan menyikapi masalah lewat Unas ini. Kalau diajari jujur dalam proses kemudian sabar dan bangkit setelah menerima hasil, manfaat bagi anak akan sangat besar. Makanya lulus itu bukan yang utama. Tapi nilai yang kita berikan pada anak itulah yang utama,’’pungkasnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar